Tag Archives: Ecology

Konservasi dan Ekologi Molekuler

Hanya sekedar ingin sharing. Bukan bermaksud lebih tahu masalah konservasi. Bukan. Bukan maksud menggurui. Tidak ada niat sama sekali. Kami hanya ingin membagi cerita ini yang menurut kami hal ini menarik untuk dibahas.

Moleculer Ecology. Kami lebih senang menyingkatnya dengan akronim Ekomol. Ekologi Molekuler, mata kuliah pilihan yang hanya ada di semester ganjil di sekolah kami.

Pada awal perkuliahan, dosen pengampunya menjelaskan, “Tujuan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa diharapkan memahami kegunaan tools molekuler untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada bidang ekologi.”

Hal yang menjadi menarik bagi kami adalah bagaimana memecahkan masalah pada bidang ekologi dengan mengaitkannya dengan bidang molekuler. Ternyata hal ini sudah banyak dan lazim dilakukan oleh banyak peneliti.

Sampailah pada suatu presentasi kelompok yang sangat menarik minat kami. Topik presentasinya mengenai inbreeding. Inbreeding adalah perkawinan yang terjadi antar dua atau lebih spesies yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat (wikipedia banget). Mereka mempresentasikan jurnal penelitian yang berjudul “Genetic variability of feral and ranch American mink Neovison vison in Poland“. Menarik.

Mink itu cerpelai. Begini ceritanya, jadi dulu mink dibawa dari US ke Polandia untuk diternakan dan diambil rambutnya (fur) untuk dibuat jaket. Lalu pada tahun sekian ada beberapa mink yang kabur dan akhirnya bisa survive di alam dan berkembang menjadi feral mink (liar/wild). Mink yang ada di perternakan disebut ranch mink. Jenis mink ini memiliki banyak warna, ada jenis mink berwarna standar (coklat), pastel, sapphire, dll. Karena peternak ingin menghasilkan warna yang diinginkan untuk industri jaket, maka mink-mink ini dikawinkan dengan mink-mink yang sewarna atau dengan warna tertentu lainnya sehingga menghasilkan warna untuk jaket yang mereka inginkan. Terjadilah inbreeding karena mink dikawinkan dengan mink yang masih berkerabat dekat. Berbeda dengan populasi feral mink di alam yang kawin secara acak. Peneliti ini ingin membandingkan genetic variability/ genetic diversity antara feral mink dengan ranch mink. Jika inbreeding terjadi akan banyak alel dominan yang hilang dan akan memunculkan alel resesif, jadi sifat-sifat resesif akan muncul dalam populasi (aduh maaf kami ceritanya biologi banget). Tapi bacalah sedikit lagi jika memang tertarik.

Masuk ke ranah konservasi. Implikasi dari penelitian tersebut ternyata dapat menjadi rujukan untuk masalah konservasi hewan. Ternyata ada hal-hal lain yang bisa menjadi pertimbangan bila ingin melepaskan hewan hasil penangkaran kembali ke habitat aslinya. Masuknya hewan-hewan inbreeding yang resesif hasil penangkaran ke dalam populasi feral yang sudah stabil akan menurunkan survival feral di alamSifat-sifat resesif tidak tahan terhadap tekanan lingkungan (seperti penyakit, dsb). Masuknya alel resesif ke feral melalui perkawinan akan menyebabkan penurunan genetic diversity dan menurunkan kemampuan hidup. Penurunan genetic diversity pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu akan mengarah pada extinction atau kepunahan yang sebenarnya tujuan awal dari konservasi adalah mencegah hal itu terjadi. Mungkin akan beda kasusnya jika habitat alaminya belum ada populasi hewan yang menghuni. Mungkin itu tidak jadi masalah untuk dilepaskan.

“Jadi baiknya sebelum hewan dilepaskan, di sequence dulu dna-nya, kalau heterozigositasnya tinggi, bukan resesif boleh di lepas ke alam”, kurang lebih begitu kata dosen kami. “Sekompleks itukah?” pikir kami. Yaa namun setidaknya ada hal baru yang membuka pikiran kami dan semoga ada yang mengerti cerita kami ini :D.

-Merasa bersyukur-Bandung-23 Oktober 2014-begadang-ngeblog disela2 ngerjain tesis-Bismillah-